Saat kita harus mencoba untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kata hati kita maka akan terjadi perseteruan batin antara otak dan hati kita.
Pilih nurani atau logika dan realita?
Kalau dilihat dari jumlah sih nurani pasti kalah telak dengan dua lawan satu...
Tapi terkadang, atau justru lebih sering kita memilih dan berpihak seperti apa kata nurani kita.
Kadang logika dan realita yang ada di depan mata kita tinggalkan..
Karena hati itu GPS otomatis yang mengetahui arah lebih baik dari otak yang mempunyai berjuta syaraf, karena apa kata hati kita adalah sesuatu yang selalu tidak bertentangan atau tidak bisa ditentang oleh diri kita dan keinginan kita...
Memang lucu, padahal kadang bahkan kita tau jelas kalau apa yang kita mau itu memang mustahil, tapi justru terkadang kita lebih kekeuh memegang kemungkinan sekecil apapun dalam hidup...
Aku adalah seorang perempuan yang hidup sebagai seorang perempuan.
Kata orang perempuan lebih memilih hati.
Dia takkan tau, kalau aku menangis dalam hati saat melihatnya telah berubah...
Dia takkan tau....
Aku kesal melihatnya berubah menjadi sesuatu yang tak aku suka.
Namun aku pun tak berbicara.
Sinting, kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.
Bodoh adalah kata yang paling tepat untuk mendiskripsikan aku...
Otakku mengatakan, "Jangan lagi kau menyukainya. Apalagi menaruhnya dalam hatimu...."
Namun saat aku ingin mengeluarkannya hatiku berkelahi dengan otakku.
"Jangan," halangnya. "Kau masih menyimpan sesuatu...."
Dan sekali lagi logikaku kalah.
Dan sekali lagi.
Aku harus mencoba untuk terus hidup di tengah ketidakpastian.
Dan terus harus berani melawan dan terus mencoba untuk berdiri dan memasang tembok di depan.
Agar aku tak terlihat begitu lemah....
Sincerely,
---JW---
Pilih nurani atau logika dan realita?
Kalau dilihat dari jumlah sih nurani pasti kalah telak dengan dua lawan satu...
Tapi terkadang, atau justru lebih sering kita memilih dan berpihak seperti apa kata nurani kita.
Kadang logika dan realita yang ada di depan mata kita tinggalkan..
Karena hati itu GPS otomatis yang mengetahui arah lebih baik dari otak yang mempunyai berjuta syaraf, karena apa kata hati kita adalah sesuatu yang selalu tidak bertentangan atau tidak bisa ditentang oleh diri kita dan keinginan kita...
Memang lucu, padahal kadang bahkan kita tau jelas kalau apa yang kita mau itu memang mustahil, tapi justru terkadang kita lebih kekeuh memegang kemungkinan sekecil apapun dalam hidup...
Aku adalah seorang perempuan yang hidup sebagai seorang perempuan.
Kata orang perempuan lebih memilih hati.
Dia takkan tau, kalau aku menangis dalam hati saat melihatnya telah berubah...
Dia takkan tau....
Aku kesal melihatnya berubah menjadi sesuatu yang tak aku suka.
Namun aku pun tak berbicara.
Sinting, kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.
Bodoh adalah kata yang paling tepat untuk mendiskripsikan aku...
Otakku mengatakan, "Jangan lagi kau menyukainya. Apalagi menaruhnya dalam hatimu...."
Namun saat aku ingin mengeluarkannya hatiku berkelahi dengan otakku.
"Jangan," halangnya. "Kau masih menyimpan sesuatu...."
Dan sekali lagi logikaku kalah.
Dan sekali lagi.
Aku harus mencoba untuk terus hidup di tengah ketidakpastian.
Dan terus harus berani melawan dan terus mencoba untuk berdiri dan memasang tembok di depan.
Agar aku tak terlihat begitu lemah....
Sincerely,
---JW---